LEMBAH NAPU dikenal dengan keindahan bentang alam yang selalu berhasil mengundang decak kagum. Luasnya sabana, deretan pohon pinus, serta padang ilalang merupakan ciri khas dari lembah yang berada di Kabupaten Poso ini. Namun ada yang tak kalah menarik selain cantiknya alam Lembah Napu. Yakni jejak purbakala yang mampu menghipnotis setiap mata yang memandang.
Lembah Napu terletak di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) Sulawesi Tengah. Seperti halnya wilayah lain di Poso yang termasuk dalam TNLL, Lembah Napu juga memiliki harta warisan purbakala di antaranya situs-situs berikut ini.
Situs Megalit Watunongko
Situs megalit yang satu ini berada di atas bukit-bukit landai, di tengah rimbunnya padang ilalang. Pemandangan bukit hijau dan warna merah yang berasal dari bunga ilalang membuat megalit di tempat ini seolah diletakkan di tengah-tengah sebuah lukisan panorama.
Di Situs Megalit Watunongko kita dapat menjumpai dua batu yang tengahnya berlubang dan terisi air. Kedua batu besar itu masing-masing berbentuk bundar dan menyerupai perahu. Selain dua megalit tadi, terdapat pula beberapa batu berbentuk unik lain dengan ukuran lebih kecil, yang tersembunyi di antara hamparan ilalang.
Untuk sampai ke tempat ini tidak membutuhkan tenaga ekstra, sebab kendaraan bisa parkir didekat situs. Bahkan salah satu situs yang berbentuk bundar, bisa terlihat dari jalan Trans Sulawesi.
Situs Megalit Watulumu
Situs Megalit Watulumu terletak di Desa Tamadue, Kecamatan Lore Timur. Dalam perjalanan menuju situs ini kita akan disuguhi pemandangan kebun kol, tomat, daun bawang, dan kopi Napu yang terkenal sebagai salah satu kopi terbaik di Sulawesi Tengah.
Baca juga: Cicipi Dange Palumara, Kuliner Khas yang Melegenda
Terdapat tiga megalit di situs ini. Megalit pertama berbentuk persegi panjang dengan lubang di tengahnya (mirip bak mandi) yang terisi air. Air di dalam megalit ini berwarna hijau sebab di sekitarnya ditumbuhi lumut.
Hal unik dari megalit yang satu ini terletak pada dindingnya di mana terdapat relief menyerupai wajah manusia dengan berbagai ekspresi mulai dari tersenyum, tertawa, sedih, dan ada juga yang terlihat seperti sedang marah.
Situs megalit Watulumu
Megalit kedua dan ketiga di Situs Megalit Watulumu merupakan dua batu berbentuk setengah lingkaran. Tampaknya dua megalit ini berasal dari satu batu yang dulunya utuh berbentuk bundar, namun kemudian terbelah atau sengaja dibelah menjadi dua bagian. Satu bagian masih berdiri kokoh sedangkan bagian yang lain sudah tergeletak di tanah.
Situs Megalit Pekasele
Dari Situs Megalit Watulumu, perjalanan menuju Situs Megalit Pekasele ditempuh sekitar sepuluh menit menggunakan sepeda motor. Peninggalan purbakala di situs yang satu ini merupakan beberapa arca dan hamparan batuan yang tersebar di Desa Tamadue.
Baca juga: Yuk, Intip Proses Pembuatan Piring Lidi
Melewati area persawahan yang tak jauh dari rumah warga, kita akan menemukan papan informasi cagar budaya yang menunjukkan lokasi situs Pekasele. Beberapa meter dari papan itu, di tanah berbukit yang dikelilingi pohon bambu, tampak hamparan batu dengan berbagai bentuk dan ukuran yang masing-masing memiliki keunikan. Kompleks ini diyakini sebagai kerajaan.
Di depan jalan setapak menuju bukit, terlihat arca berbentuk manusia yang tingginya ± 3 meter dengan posisi miring - sehingga terlihat seperti tengah berbaring, yang diyakini sebagai poerwujudan raja Pekasele. Tak jauh dari arca itu terdepat pula arca lain dengan tinggi ± 1 meter yang juga berbentuk manusia.
Baca juga: Empat Pantai Cantik di Tepi Jalan Trans Sulawesi Parigi Moutong
Salah satu arca yang juga menjadi bagian dari situs megalit Pekasele ialah Arca Mompauba. Arca berbentuk manusia dengan tinggi sekitar satu meter itu berdiri di pekarangan rumah warga di Dusun 1 Desa Tamadue.
Masyarakat di sekitar arca menceritakan bahwa dahulu arca ini tampak seperti mendukung bayi. Namun, bagian di punggung arca yang menyerupai bayi itu telah menghilang sebab terkikis air hujan.
Baca juga: Putu dan Burasa Kuliner Tradisional yang Ikut Wara-Wiri di Pasar Online
Warisan purbakala di Lembah Napu merupakan kebanggan bagi masyarakatnya. Jika beruntung, kita akan bertemu warga yang dengan senang hati mau mengantar dan menceritakan kisah di balik setiap situs yang didatangi.*
1 komentar