BENGGA BULA merupakan kata yang tak asing di telinga suku Kaili di Provinsi Sulawesi Tengah. Kata bengga bula bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia yang artinya ‘kerbau putih’. Tapi, tahukah Anda kalau menyebut kata tersebut dianggap tabu oleh sekelompok penduduk di tanah Kaili.
Berdasarkan cerita disertai sejumlah referensi diperoleh, alasan sehingga kata bengga bula tidak boleh sembarang diucapkan lantaran memiliki kaitan erat dengan legenda putri raja di tanah Kaili.
Menurut kisah, zaman kerajaan dulu ada seorang perempuan cantik bernama Randa Ntovea. Dia adalah anak dari raja Kaili. Sebagaimana makna dari namanya, Randa Ntovea memiliki arti putri yang disayangi.
Baca juga: Mengungkap Misteri Sosok Kalomba, Konon Bisa Dipelihara
Kisah tentang Randa Ntovea ini cukup dikenal di tanah Kaili, yang makin dipopulerkan lagi oleh almarhum Hasan Bahasyuan melalui lagu ciptaannya berjudul, ‘Randa Ntovea’.
Legenda ini secara umum menggambarkan kisah pilu yang dialami Randa Ntovea, kala itu ia diserang penyakit yang dianggap menular. Karena tidak ingin penyakitnya menjangkiti penduduk kerajaan, Randa Ntovea pun diasingkan di tempat yang jauh dari penduduk.
Tekad mengisolasi diri oleh Randa Ntove juga demi menuruti permintaan warga yang takut terhadap penyakit dideritanya—demi menyelamatkan penduduk dari wabah. Dapat dimanifestasikan sebagai wabah corona virus disease atau Covid-19 saat ini. Hanya saja dalam kisah tersebut, ada yang mengatakan kalau penyakit yang diderita Randa Ntovea adalah penyakit kulit.
Dalam pengasingan yang jauh dari orang tua yang ia sangat sayangi, Randa Ntovea hanya bisa memohon doa kepada pemilik dan pencipta alam raya agar penyakitnya disembuhkan. Berkat doanya, sang pencipta mengirimkan seekor kerbau putih (bengga bula).
Kerbau tersebut kemudian menjadi penyebab kesembuhan penyakit Randa Ntovea. Bahkan atas kuasa Tuhan, wujud Randa Ntovea pun bertambah cantik.
Kabar kesembuhan putrinya pun sampai ke telinga raja Kaili (madika Kaili). Raja kemudian memerintahkan orang-orang di kerajaan untuk memanggil putri tercintanya kembali ke kerajaan.
Raja Kaili kemudian menggelar kesyukuran atau dalam bahasa kaili ada salama, atas kesembuhan dan kembalinya Randa Ntovea.
‘Bengga Bula’ Pemali untuk Disebutkan
Randa Ntovea menceritakan kepada raja dan penduduk tentang cerita proses kesembuhannya. Konon, dalam legenda ini, raja mengambil sebuah tindakan serupa janji dan keputusan untuk tidak menyebut sembarangan kata bengga bula. Konon, sejak itu, bengga bula pemali untuk disebutkan.
Tidak sedikit suku Kaili, secara khusus orang tua melarang anaknya atau siapa saja menyebut sembarangan kata bengga bula. Alasan pelarangan tersebut, mungkin, memiliki makna dalam menghargai keputusan raja, menghargai kisah Randa Ntovea, menghargai legenda dari leluhur, dan mungkin juga menghargai apapun termasuk hewan sejenis kerbau sebab itu semua adalah ciptan Yang Maha Kuasa.
Lirik dan Arti Lagu Randa Ntovea, Ciptaan alm Hasan Bahasyuan:
Tesa ana nu madika Kaili
Kisah anaknya raja Kaili
Nosangaka i randa ntovea
Bernama Randa Ntovea
Ni pali ri tana njambali ranga
kasihan, diasingkan di tempat yang jauh (hutan)
Pomperapi ntodea ri madika
Permintaan orang banyak (penduduk) terhadap raja
Ala masalama nu ngatana
supaya/demi keselamatan kampung
Na asi rara i Randa Ntovea
Kasihan Randan Ntovea, sedih
Mbaturusi perapi ntodea
Menuruti permintaan orang banyak
Mbapalaisi totua mbapotovena
Meninggalkan orang tua yang dia sayangi
Damo doana ri tupu ala taala
Hanya bisa berdoa kepada Tuhan
Ala rapakavoe duana
Agar disembuhkan penyakitnya
Kuasa tupu ala taala
Kuasa Tuhan
Nipakatukana bengga bula
Dikirimkan kerbau putih
Nompakavoe dua i randa ntovea
Menyembuhkan penyakitnya Randa Ntovea
Hai mo hai najadi niposabana
Itu lah jadi penyebab (kesembuhan)
Nombali natambai kagayana
Jadi bertambah cantik
Nakarebamo ri totuana
Terkabar di orang tuanya
Madikata ri tana kaili
Raja di tanah Kaili
Nitudunamo nipekipokiona
(Perintah raja) Disuruh panggil
Manjili rapoviaka adana
Pulang/kembali untuk dibuatkan adatnya
Moviaka ada salamana
Dibuatkan adat (kesyukuran) keselamatan/ungkapan selamat
***
Penulis: Andi Sadam | Diambil dari berbagai sumber.
Dalam artikel ini tidak ada maksud atau tujuan lain selain ingin mempertahankan cerita rakyat (legenda) di tanah Kaili. Jika ada yang ingin mengklarifikasi atau meluruskan terkait artikel berjudul Asal Usul Kata ‘Bengga Bula’, Legenda Tanah Kaili’, harap untuk mengirim pesan melalui surat elektronik penulis [email protected] atau [email protected].
Segala yang bersifat meluruskan sangat berharga demi pelestarian budaya/kearifan lokal.